Google Image
Di
dalam sejarah Islam, masjid memegang peranan penting untuk kemajuan
peradaban. Kita sering melihat di atas kubah masjid ada lambang bulan
sabit dan bintang sebagai lambang kejayaan. Masjid yang pertama kali di
bangun Rasulullah Saw. adalah masjid Quba, kemudian masjid Nabawi.
Masjid ini selain sebagai tempat beribadah, juga tempat menuntut ilmu,
bermusyawarah dan mengatur strategi perang.
Seiring
dengan berjalannya waktu, fungsi masjid semakin sangat sentral. Di
dalam kompleks masjid di bangun sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan
observatorium. Masjid menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi
orang daripada tempat lainnya. Orang pergi ke masjid tidak hanya berniat
beribadah di dalamnya, tetapi juga menuntut ilmu dan berdiskusi.
-
Jual Jaket Motor Respiro Anti Angin dan Anti Air Cocok dipakai Harian maupun Touringwww.JaketRespiro.com
-
Plus 4.000 artikel Islami, 6.000 kitab, serta nasyid walimah & jihad.digitalhuda.com/?f1
-
Peluang Usaha Sambil Ibadah, Perwakilan Biro Umrah-Haji Plus dan Raih Reward Ratusan Juta Rupiah.www.rumahhajidanumrah.com
-
Sedia Baju Hamil, Baju Menyusui, Celana Hamil, Bra Menyusui, Nursing Pillow, Nursing Apron, dll.www.hamil-menyusui.com
“Di
era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah
saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas,” ungkap J.
Pedersen dalam bukunya berjudul Arabic Book.
Sejarawan
asal Palestina, AL Tibawi, menyatakan bahwa sepanjang sejarahnya,
masjid dan pendidikan Islam adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Di
dunia Islam, sekolah dan masjid menjadi satu kesatuan. “Sejak pertama
kali berdiri, masjid telah menjadi pusat kegiatan keislaman, tempat
menunaikan shalat, berdakwah, mendiskusikan politik, dan sekolah,” cetus
Jacques Wardenburg.
Salah satu masjid
yang paling terkenal dalam sejarah Islam adalah Masjid Cordoba di
Spanyol. Masjid ini dibangun oleh Khalifah Bani Umayyah yang bernama
Abdurrahman III. Masjid ini memiliki seni arsitektur yang tinggi dan
indah. Tinggi menaranya 40 hasta di atas batang-batang kayu berukir dan
ditopang oleh 1293 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer
bermotif papan catur. Di sisi selatan tampak 19 pintu berlapiskan
perunggu dengan kreasi yang sangat menakjubkan. Sementara pintu
tengahnya berlapiskan lempeng-lempeng emas. Panjang Masjid Cordoba dari
utara ke selatan mencapai 175 meter dan lebarnya dari timur ke barat 134
meter. Sedangkan tingginya mencapai 20 meter.
Setiap
gerbang di masjid itu terdapat batu-bata merah dan batu putih. Gabungan
unsur batu-batu tersebut mampu mewujudkan konsep jaluran yang
menakjubkan. Konsep jaluran merah-putih itu banyak mempengaruhi seni
arsitektur bangunan di Spanyol. Hiasan dindingnya disemarakkan unsur
flora dan inskripsi dari al-Quran dalam bentuk ukiran kapur, kaca,
marmar dan mozaik emas.
Bangunan masjid
ini sangat kokoh dan tahan gempa, bahkan pada gempa keras yang pernah
terjadi tahun 1793 (gempa bumi Lisabon) tidak ada sedikitpun keretakan
yang terjadi. Sedangkan bangunan Kathedral dalam bagian masjid ini
didirikan pada awal abad ke-13 masehi telah mengalami keretakan yang
saat ini masih dapat terlihat.
Selain
itu, kemegahan dekorasi pada ruang shalat juga sangat menonjolkan ruang
mihrab. Lubang-lubang hiasan diletakkan pada ruangan kecil berbentuk
segi delapan. Konfigurasi yang menakjubkan pada mihrab tersebut menjadi
pusat perhatian. Kemegahan Masjid Cordoba yang bertahan hingga sekarang
menjadi saksi masa keemasan Islam di benua Eropa..
Keagungan
masjid ini mencerminkan kemakmuran dan kesejahteraan Negara tersebut.
Cordoba pada saat itu menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, dan
ibu kota kekhalifahan Bani Umayyah. Saat itu, terdapat 170 wanita yang
berprofesi sebagai penulis kitab suci al-Quran dengan huruf Kufi yang
indah. Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di sekolah
yang disediakan Khalifah. Aktivitas di masjid begitu semarak. Tak heran,
jika pada malam hari, masjid itu diterangi 4.700 buah lampu yang
menghabiskan 11 ton minyak pertahun
Setiap
tahun perpustakaan Masjid Cordoba dikunjungi oleh lebih dari 400.000
orang. Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan kunjungan orang-orang di
perpustakaan-perpustakaan Eropa yang hanya mencapai 1000 orang
pertahunnya. Perpustakaan Masjid Cordoba tidak hanya dikunjungi oleh
muslim, tetapi juga non-muslim. Salah satu alumninya adalah pemimpin
tertinggi agama Katolik, Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika
di Spanyol, dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan
aritmatika dan geometri kepada para muridnya.
Masjid Cordoba telah menghasilkan ulama dan ilmuwan-ilmuwan besar yang dikenang
sepanjang masa. Beberapa di antaranya:
- Ibnu Rusyd: ahli fikih penulis kitab Bidayatul Mujtahid dan juga filosof dan dokter ternama.
- Ibnu Hazm: ahli fikih penulis kitab al-Muhalla, sastrawan, dan juga pakar studi perbandingan agama.
- Al-Qurthubi: ahli tafsir penulis kitab Tafsir al-Qurthubi.
- Ibnu Bajjah: ahli matematika ternama.
- Al-Ghafiqi: ahli botani ternama.
- Ibnu Thufayl: ahli kedokteran dan filosof ternama.
- Al-Idrisi: seorang kartografer dan geographer ternama.
- Ibnu Farnas: peletak dasar penciptaan pesawat terbang.
- Al-Zahrawi: ahli bedah yang telah menciptakan alat-alat bedah.
- Ibnu Zuhr: dokter ahli jantung ternama.
Namun
sayang, sejak ditaklukkan oleh Raja Leon Alfonso VII yang Kristen,
masjid ini dirubah fungsinya menjadi sebuah gereja. Pada awal abad
ke-13, kekhalifahan Bani Umayyah tidak dapat mengatasi serbuan bangsa
Eropa yang datang dari Utara maka Cordoba ditaklukkan, termasuk masjid
ini ikut diduduki. Kemudian beberapa tiang dihancurkan dan di dalam
bangunan masjid didirikan kathedral yang diberi nama Cathedral Mezquita (Katedral
Masjid). Pada beberapa dinding masjid saat ini terlihat lambang-lambang
non muslim. Sampai saat ini masih berdentang lonceng gereja tiap
beberapa menit sekali.
Mengabaikan janji
mereka untuk toleran terhadap keyakinan kaum Muslim, bangsa Spanyol
yang Kristen ikut serta dalam gelombang pemaksaan, pengusiran dan
pembunuhan. Masjid-masjid dihancurkan, sebaliknya gereja-gereja
dibangun.
Kenangan pada “masa berdarah”
dan perang yang selama ratusan tahun melanda seluruh Spanyol masih hidup
dalam ingatan kebanyakan orang-orang Kristen.
Bahkan
hari ini di bukit-bukit sekitar Granada, mereka masih menggunakan doa
pembaptisan lama, “Inilah anakmu: kau berikan seorang Moor (muslim)
padaku, Aku kembalikan dia menjadi seorang Kristen.”
Keruntuhan
Cordoba itu tidak saja diratapi oleh Umat Islam, tetapi juga seorang
penulis Kristen Stanley Lane Poole dalam bukunya “The Mohammadan Dynasties” mengaku betapa mundurnya peradaban Spanyol setelah runtuhnya kerajaan Islam Cordoba.
Oleh: Abu Farras Mujahid, Bandung
0 komentar:
Posting Komentar