Persahabatan
cewek dan cowok sering banget bikin perdebatan. Ada yang percaya,
persahabatan cewek dengan cowok bisa berjalan dengan murni tanpa ada
perasaan lebih di antara keduanya.
Tapi,
ada juga yang menganggap persahabatan cewek dan cowok pasti diselingi
kisah cinta. Kalau masalah cinta ini sudah muncul, persahabatan juga
terancam bubar. Mungkin pacar enggak suka dengan persahabatan ini.
Memang seribet ini, ya?
Secara
umum, persahabatan bisa dibilang sebagai satu kelompok sosial kecil
yang biasanya terdiri dari dua orang. Dalam persahabatan ada interaksi
yang lebih dalam, di mana kedua orang yang bersahabat ini saling
memberikan waktu yang lebih banyak dengan tingkat saling percaya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pertemanan biasa. Dalam buku The
Adolescents: Development, Relationships, and Culture, pada awal masa
remaja, kita cenderung bersahabat dengan teman sesama jenis. Dengan
sahabat sesama jenis, kita bisa belajar aturan main dalam pertemanan,
mengembangkan kemampuan bergaul, atau belajar gaya berpakaian yang oke.
Tapi, seiring dengan perkembangannya, remaja kemudian mulai mencari
sahabat lawan jenis. Hal ini juga didorong oleh kebutuhan remaja akan
pengetahuan soal lawan jenisnya.
IDENTITAS REMAJA
Menurut
seorang tokoh psikologi yang banyak mempelajari soal identitas remaja,
Erik Erikson, bersahabat dengan lawan jenis bagus banget untuk dicoba.
Karena, dengan begitu, banyak hal soal lawan jenis yang bisa diintip
dari sahabat kita. Sebagai contoh, seorang cowok yang punya sahabat
cewek dijamin bakal bisa belajar banyak banget tentang sensitifnya
cewek. Atau seorang cewek bisa belajar bagaimana cara berpikir simpel
ala cowok dari sahabat cowoknya. Bisa dibilang, saling menguntungkan,
deh! Selain itu, menurut Erikson, pelajaran kayak gini termasuk satu
dari tujuh hal yang bisa membantu kita dalam menemukan identitas.
Tapi,
ternyata, enggak semua orang mau atau percaya untuk bersahabat dengan
lawan jenis. Masalah utama yang paling ditakutkan bakal muncul dalam
persahabatan ini adalah perasaan cinta! Malah mungkin ada yang
menganggap kalau persahabatan lawan jenis pada awal sebenarnya adalah
PDKT. Apa memang selalu seperti itu?
Persahabatan
tetaplah persahabatan walaupun dengan siapa kita menjalaninya.
Sebenarnya, nih, persahabatan dengan lawan jenis enggak jauh berbeda,
kok, dengan sesama jenis. Secara umum, kegiatan yang dilakukan dalam
persahabatan lawan jenis ini mirip dengan persahabatan sesama jenis. Hal
ini dituturkan oleh Femmy, Kelas III SMAN 6, Depok. Aku suka
telepon-teleponan sama sahabat cowokku. Kalau sudah ngobrol, bisa lama,
deh. Kami juga sering saling curhat kalau lagi suka sama seseorang.
Enggak beda, kan, sama sahabat cewek.
Pernyataan
Femmy ini juga didukung oleh Hery, seorang siswa kelas III yang
kebetulan juga satu sekolah dengan Femmy. Sahabatan sama cewek atau
cowok sama enaknya, kok. Siapa bilang cowok enggak bisa banyak ngobrol
atau curhat lama-lama? Gue dan sahabat cewek gue bisa telepon-telepon
hampir setiap hari selama berjam-jam! ujarnya semangat.
Punya
sahabat lawan jenis pun bisa memberi hal-hal yang enggak bisa didapat
dari sahabat sesama jenis. Seperti yang dialami oleh Hery, Punya sahabat
cewek atau cowok sebenarnya sama enaknya. Tapi, cara mereka mengisi,
tuh, beda-beda. Kalau sahabat cowok paling asyik untuk diajak nongkrong
atau jalan. Tapi, biasanya kita jarang ngobrol banyak. Nah, kalau
sahabat cewek paling enak untuk jadi teman ngobrol atau mencari solusi
buat masalah kita.
Pendapat
yang mirip juga disampaikan oleh Adam, seorang siswa kelas I dari
sebuah SMA negeri di Jakarta. Sahabat cewek bisa bikin gue nyaman untuk
curhat karena dia sendiri baik dan juga jujur sama gue. Kalau sama
sahabat cowok enggak mungkin juga, kan, telepon-teleponan lama-lama,
kata Adam.
Nadya,
siswi Kelas III SMU Labschool, Jakarta, punya cerita sendiri soal
persahabatan dengan lawan jenis. Buat Nadya, sahabat cowok punya nilai
plus lain dari sahabat cewek. Sahabat cowok bisa melindungi kita dengan
cara yang beda dari sahabat cewek. Sebenarnya enaknya, sih, sama saja.
Intinya, kan, mereka sahabat kita juga. Tapi... caranya sahabat cowok
melindungi dan menyayangi kita beda, deh, dari sahabat cewek.
BERBAGAI MASALAH
Seperti
halnya persahabatan sesama jenis, persahabatan dengan lawan jenis juga
punya masalah sendiri. Entah masalah yang muncul dari dalam hubungan itu
sendiri atau dari pihak luar, terutama pacar. Permasalahan yang dialami
Nadya kebetulan muncul dari pacarnya yang cemburuan. Aku dan sahabat
cowokku, yang bernama Acong, sudah kenal dari kelas I SMP dan mulai
akrab di kelas III. Kami semakin dekat karena di SMA kami bareng lagi.
Waktu aku jadian dengan seorang cowok yang juga satu sekolah, aku
dilarang untuk bergaul sama Acong. Soalnya cowokku cemburuan banget.
Aku, sih, nurut saja karena takut diputusin. Tapi memang dasar enggak
bisa dipisahkan, aku dan Acong tetap telepon-teleponan dan pernah jalan
bareng sembunyi-sembunyi. Untungnya Acong tetap mengerti. Tapi, akhirnya
cowokku itu nge-dump aku. Sejak itu aku enggak pernah mau ninggalin
sahabatku ini lagi, cerita Nadya.
Permasalahan
yang muncul dari dalam persahabatan itu sendiri terjadi kalau salah
satu ternyata mulai pengin berubah status dari sahabat menjadi pacar.
Hal ini dialami Femmy saat tiba-tiba cowok yang menjadi sahabatnya sejak
kelas I SMP nembak saat mereka berada di kelas I SMA. Katanya, sih, dia
memang suka aku sejak SMP, tapi enggak berani bilang. Kaget banget
karena sama sekali enggak nyangka! Akhirnya setelah mikir sehari, aku
tolak dia. Aku perlu mikir karena sempat merasa enggak enak nolak. Tapi,
aku pikir, kami lebih cocok bersahabat saja. Akhirnya aku tolak. Lagi
pula, kalau seandainya jadian, aku enggak mau kehilangan dia nanti
setelah putus, kata cewek manis ini lagi.
Adam
justru mengalami hal yang berkebalikan dari Femmy. Setelah sekian lama
bersahabat, akhirnya Adam sadar telah menyukai sahabat ceweknya. Tetapi,
Adam tetap berusaha keras untuk menjaga perasaan itu dalam hatinya. Di
kelas I SMP gue mulai berteman dengan seorang cewek. Lama-lama kami
menjadi dekat dan mulai sering ngobrol dan telepon-teleponan. Akhirnya
gue menganggap dia sebagai sahabat gue karena kami juga sudah saling
percaya. Tiba-tiba, di kelas III, gue mulai sadar kalau ternyata suka
dia. Sampai sekarang pun gue masih suka dan berencana pengin nembak.
Tapi belum sekarang karena gue masih takut dia bakal nolak dan menjauh
dari gue, kata Adam sedikit malu.
Hery,
yang sudah berhasil jadian dengan sahabatnya, mengaku kalau tetap ada
masalah yang muncul. Ada banyak hal yang harus diadaptasi lagi setelah
pacaran. Sahabatan dan pacaran, tuh, jauh beda, deh. Kalau dulu bisa
cuek dan enggak pakai cemburu. Belum lagi masalah sentuhan fisik. Pada
awalnya kami canggung, lho, untuk gandengan, ujar Hery sambil tertawa.
Selain itu, di awal pacaran gue juga sempat takut kalau-kalau nantinya
kami malah musuhan setelah putus nanti. Wuih, seram banget, kan, tuh!
kata Hery lagi.
DIJAGA, YUK!
Berbagai
permasalahan yang muncul tadi bisa bikin hubungan persahabatan kita
bubar dengan cepat kalau enggak diatasi. Tapi, dengan usaha,
persahabatan ini tetap bisa dijaga, kok. Seperti buat Adam, enggak ada
salahnya punya perasaan lebih terhadap sahabat sendiri. Hal ini justru
bikin Adam jadi tetap santai dan enggak canggung. Gue, sih, enggak
pernah dan enggak mau canggung di depan dia. Nanti malah kelihatan.
Kalau lagi bareng, gue enggak mau mikirin kalau gue suka sama dia. Gitu
saja, sih, tambahnya santai.
Sementara
cara Femmy menghadapi perasaan sahabatnya adalah dengan tetap bersikap
biasa, tapi tegas dan enggak memberikan harapan palsu. Setelah aku
menolak dia, kami sempat canggung sebentar. Tapi, aku berusaha untuk
tetap bersikap seperti sebelumnya, dan ternyata dia juga bisa. Aku, sih,
berusaha lupa saja kalau dia pernah nembak aku. Waktu dia nembak lagi
untuk kedua kalinya, aku tetap bersikap sama dan enggak pernah jadi
curiga juga sama dia setelah itu. Hubungan kami tetap baik dan sekarang
dia sudah punya cewek, kata Femmy sambil tertawa.
Bagi
Hery sendiri, komunikasi yang lancar antara dia dan sahabat sekaligus
pacarnya ini bisa bikin hubungan mereka jadi awet. Kami selalu diskusi
dan terbuka untuk cerita apa saja. Akhirnya adaptasi bisa berjalan
lancar juga, kata Hery. Di awal pacaran kami juga sudah bikin komitmen
supaya enggak musuhan setelah putus nanti. Karena diskusi lancar,
hubungan kami awet. Gue dan dia sudah pacaran enam bulan, dan ini juga
pacaran terlama gue, ujar Hery bangga.
Nadya
yang sampai sekarang tetap langgeng dengan sahabat cowoknya punya tips
ampuh buat menjaga persahabatan mereka. Aku dan Acong tetap murni
bersahabat, dari kelas I SMP sampai kelas III SMA sekarang. Sebenarnya
Acong pernah bilang kalau aku adalah tipe ceweknya dia. Tetapi, karena
kami sudah berjanji harus saling jujur dan terbuka, kami jadi terlalu
tahu kejelekan masing-masing. Dan akhirnya itu bikin kami merasa enggak
mungkin, deh, bisa pacaran! Bahkan, kalau tiba-tiba, misalnya, salah
satu dari kami ada yang suka, harus tetap bilang. Karena, kami enggak
mau persahabatan kami bubar cuma gara-gara masalah perasaan, kata Nadya
tegas.
Untuk
masalah dengan pacar, Nadya mengaku sudah enggak mau lagi dikekang oleh
pacar. Yang penting kita enggak macam-macam sama sahabat cowok ini dan
kalau bisa menjelaskan soal hubungan persahabatan ini ke pacar kita,
tandas Nadya lagi.
Intinya,
nih, persahabatan cewek dan cowok layak dicoba dan sebaiknya enggak
usah terlalu dibawa ribet. Jalani saja dengan tulus dan dijamin kita
juga bakal siap dengan segala risikonya. Enggak ada salahnya juga kalau
tiba-tiba kita punya perasaan lebih untuk sahabat kita. Ingat saja
kalimat bijak ini: Jika dua orang sahabat saling jatuh cinta, itu
tandanya mereka memang ditakdirkan bersama. Kalau mereka tetap
bersahabat sampai akhir, itu tandanya mereka saling menjaga dan enggak
mau kehilangan satu sama lain. Tuh... enggak terlalu ribet, kan?
0 komentar:
Posting Komentar